MUNCULNYA KONFLIK SEPARATIS PERTANDA LUNTURNYA NASIONALISME INDONESIA
LATAR
BELAKANG
Setiap
warga negara Indonesia, tentunya memiliki rasa nasionalisme dan nasionalisme itu
muncul karena rasa cinta terhadap bangsa dan tanah air. Nasionalisme disini,
tidak hanya ditandai dengan mencintai produk dalam negeri, upacara bendera
setiap hari senin, maupun sekuat tenaga mendukung TIMNAS bertanding. Akan
tetapi, nasionalisme harus kita tunjukkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Ikut
berpartisipasi dalam pembangunan, berkontribusi dalam kemajuan bangsa serta
ikut berperan dalam mengisi kemerdekaan Indonesia merupakan tindakan nyata
nasionalisme, yang terpenting adalah nasionalisme meresap dalam setiap nadi dan
darah bangsa Indonesia. Nasionalisme dapat menjadi pemicu kebangkitan kembali
dari budaya yang telah memberikan identitas sebagai anggota dari suatu masyarakat-bangsa
seperti apabila kita bepergian ke luar negeri dengan menggunakan pakaian batik
yang merupakan pakaian khas Indonesia, kita mengidentifikasi diri sebagai
bangsa Indonesia meskipun penyandang pakaian batik itu (kita) berasal entah
dari suku apa.
Namun
kini bangsa Indonesia sedang menghadapi ujian yang cukup berat berkenaan dengan
kelangsungan NKRI yaitu munculnya separatis seperti Organisasi Papua Merdeka.
Akibat melunturnya nasionalisme Indonesia tersebut, tidak sedikit daerah yang
ingin memisahkan atau memerdekakan diri dari RI. Melunturnya nasionalisme
Indonesia pada sebagian rakyat Papua disebabkan oleh beberapa hal, salah
satunya ialah ketidakadilan, yang akhirnya menumbuhkan rasa nasionalisme Papua
yang justru mengancam integrasi bangsa. Jika hal tersebut dibiarkan terus
menerus, maka tidak menutup kemungkinan, Indonesia akan kehilangan Irian Jaya
seperti pada kasus Timor-Timor. Untuk itu pemerintah harus mengambil langkah
cepat, tegas, dan tepat dalam mengani masalah yang serius ini. Masalah lunturnya
nasionalisme Indonesia yang menyebabkan munculnya gerakan separatis sendiri juga
dikarenakan lemahnya pemahaman dan pengamalan rakyat pada nilai-nilai pancasila
khususnya sila ketiga, maka dari itu harus dikembangkan rasa nasionalisme sejak
usia dini pada generasi muda agar gerakan yang dapat menyebabkan disintegrasi
bangsa tidak tumbuh dan berkembang. Untuk itu, kami mengangkat judul ini
sebagai bahan intropeksi diri bagi bangsa ini agar memperkokoh kesatuan bangsa.
RUMUSAN
MASALAH
- Apa yang dimaksud Nasionalisme dan hal yang mendorong munculnya Nasionalisme ?
- Kenapa rasa nasionalime Indonesia pada sebagian rakyat Irian Jaya meluntur dan bagaimana gerakan separatisme OPM dapat berkembang dalam NKRI dan apa sajakah yang memicu terjadinya gerakan separatisme tersebut sehingga mengancam masa depan bangsa?
- Bagaimana mengatasi masalah separatisme serta bagaimana meningkatkan rasa nasionalisme untuk integrasi indonesia?
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Nasionalisme
Nasionalisme
adalah suatu sikap politik dari masyarakat suatu bangsa yang mempunyai kesamaan
kebudayaan, dan wilayah serta kesamaan cita-cita dan tujuan, dengan demikian
masyarakat suatu bangsa tersebut merasakan adanya kesetiaan yang mendalam
terhadap bangsa itu sendiri.[1]
Hal-hal yang mendorong munculnya faham nasionalisme, antara lain:
- Adanya campur tangan bangsa lain misalnya penjajahan dalam wilayahnya.
- Adanya keinginan dan tekad bersama untuk melepaskan diri dari belenggu kekuasaan absolut, agar manusia mendapatkan hak-haknya secara wajar sebagai warga negara.
- Adanya ikatan rasa senasib dan seperjuangan.
- Bertempat tinggal dalam suatu wilayah.[2]
Dalam
semangat itulah, nasionalisme Indonesia muncul sebagai satu ikatan bersama
melawan kolonialisme. Di sini, nasion dan nasionalisme dipakai sebagai perasaan
bersama oleh penindasan kolonialisme, dan oleh karena itu, dipakai sebagai
sebuah senjata ampuh untuk membangun ikatan dan solidaritas kebersamaan melawan
kolonialisme.
B. Lunturnya
Nasionalisme Indonesia Ancam Masa Depan Bangsa
Ikatan
niai-nilai kebangsaan yang selama ini terpatri kuat dalam kehidupan bangsa
Indonesia mulai luntur dan longgar.[3]
Nilai-nilai budaya gotong royong, kesediaan untuk saling menghargai, dan saling
menghormati perbedaan, serta kerelaan berkorban untuk kepentingan bangsa yang
dahulu melekat kuat dalam kehidupan masyarakat, kini juga terasa semakin
menipis. Masih banyak bentuk nasionalisme lain yang kita rasakan semakin
memudar seperti kurangnya kecintaan kita terhadap produk dalam negeri dan
merasa bangga kalau bisa memakai produk luar negeri, pergi jalan-jalan keluar
negeri padahal negeri sendiri belum tentu dijelajahi. Kita belum tersadar betul
bahwa lambat laun sikap-sikap seperti itu akan semakin menjauhkan kecintaan
kita kepada kepada negeri ini. Bahkan kita menunjukkan sikap yang mencerminkan
ketidaknasionalisan yaitu saat upacara bendera, dimana banyak dari kita yang
sering mengobrol dengan teman ketika lagu kebangsaan dikumandangkan dan lain
sebagainya.
Gerakan
separatis sendiri merupakan tindakan yang sangat membahayakan integrasi bangsa.
Para pelaku gerakan ini cenderung tidak memiliki rasa nasionalisme Indonesia
lagi.
Sebab-
sebab munculnya pemberontakan OPM antara lain sebagai berikut:
1.
Aspek politik: pada masa pemerintahan Belanda
menjanjikan kepada rakyat Papua untuk mendirikan suatu negara (boneka) papua
yang terlepas dari Republik Indonesia. Beberapa pemimpin putera daerah yang
pro-Belanda mengharapkan akan mendapatkan kedudukan yang baik dalam Negara Papua
tersebut. Janji pemerintah Belanda tidak dapat direalisir sebab Irian Jaya
harus diserahkan kepada Indonesia melalui perjanjian New York 1962. Walaupun
dalam perjanjian itu terdapat pasal tentang hak untuk menentukan nasib sendiri,
namun pelaksanaannya diserahkan kepada Indonesia dan disaksikan oleh PBB.
2.
Aspek ekonomi: penyaluran barang-barang
kebutuhan pangan dan sandang ke Irian Jaya macet dan sering terlambat. Ditambah
pula dengan tindakan para petugas Republik Indonesia di Irian Jaya yang
memborong barang-barang yang ada di toko dan mengirimnya keluar Irian Jaya untuk
memperkaya diri. Akibatanya Irian Jaya mengalami kekurangan pangan dan sandang.
3.
Aspek psychologis: rakyat Irian Jaya
pada umunya berpendidikan kurang atau rendah sehingga mereka kurang berfikir
secara kritis, hal ini menyebabkan mereka mudah untuk di pengaruhi. Mereka
lebih banyak dipengaruhi oleh emosi daripada pikiran yang kritis dan sehat
dalam menghadapi suatu masalah. Bila suatu janji tidak di tepati maka sikap
mereka akan berubah.
4.
Aspek sosial: pada masa Belanda para
pejabat lokal di Irian Jaya pada umumnya diangkat dari kepala suku. Kalau
mereka memberontak maka mereka akan mendapatkan dukungan dan pengaruh dari
sukunya serta dalam suasana yang genting, kepala suku itu harus berada di
tengah-tengah sukunya.
5.
Aspek ideologis: dikalangan rakyat Irian
Jaya hidup suatu kepercayaan tentang seorang pemimpin besar sebagai ratu adil
yang mampu membawa masyarakatnya kepada kehidupan yang lebih baik atau makmur.
Gerakan ini di Biak disebut gerakan koreri (beilstaat). Kepercayaan ini yang
memberikan motivasi bagi pemberontak yang dipimpin oleh M. Awom di Biak, dimana
M. Awom dianggap pemimpin besar menyerupai nabi Musa yang oleh para pengikutnya
dianggap sakti.[4]
Selain
aspek-aspek diatas, sebab-sebab pemberontakan Organisasi Papua Merdeka juga sebagai
berikut:
1. Rasa
nasionalisme Papua, senasib dan seperjuangan untuk berjuang bagi kemerdekaan
bangsa dan negara Papua Barat.
2. Hendak
meningkatkan dan mewujudakan janji belanda yang tidak sempat direalisir akibat
integrasi dengan Indonesia secara paksa dan tidak adil.
3. Persetujuan
politik antara Belanda dan Indonesia yang melahirkan perjanjian New York 1962
itu tidak melibatkan bangsa Papua sebagai bangsa dan tanah air yang
dipersengketakan.
4. Latar
belakang sejarah yang berbeda antara rakyat Papua Barat dan Bangsa Indonesia.
5. Masih
terdapat perbedaan sosial, ekonomi dan politik antara bangsa Papua dan Bangsa
Indonesia.
6. Tereksploitasi
hasil dari Papua Barat yang dilakukan secara besar-besaran untuk bangsa
Indonesaia, sedangkan rakyat Papua Barat tetap miskin dan terbelakang.
7. Tekanan
terhadap rakyat papua yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia sejak awal
integrasi hingga saat ini.
8. Hendak
mewujudkan cita-cita dari gerakan cargo, yaitu suatu bangsa dan negara Papua Barat
yang makmur di akhir zaman.[5]
Dengan kata lain gerakan separatis dapat berkembang di Papua
dikarenakan adanya ketidakpuasan
terhadap keadaan, kekecewaan, dan telah tumbuh suatu kesadaran
nasionalisme Papua Barat serta melunturnya nasionalisme Indonesia.
C. Pemecahan
Masalah Separatis dan menumbuhkan nasionalisme Indonesia.
Rakyat Irian Jaya menghendaki persamaan dan
persaudaran dengan saudara-saudaranya dari wilayah Indonesia lain secara jujur,
adil, tulus, dan setia. Mereka ingin memperoleh dan melihat sesutau yang dapat
dibanggakan dalam negara tercinta ini. Mereka pun ingin dicintai dan dikasihi
serta sebaliknya. Rakyat Irian Jaya ingin berpartisipasi dalam membangun
daerahnya dalam posisi sebagai pengambil keputusan dan bukan hanya sebagai
pelaksana dan penonton saja. Karena mereka lebih tahu dan memahami kondisi keinginan
masyarakatnya termasuk berbagai kendala dalam rangka menerima pembaruan.
Untuk menghilangkan OPM dan pengaruhnya di Irian
Jaya terlebih dahulu harus menghilangkan ideologi OPM. Hal ini hanya dapat
terjadi apabila ada kemauan politik dan kemauan baik dari pemerintah pusat
untuk merekrut putra putri Irian Jaya secara selektif (terbaik) ke dalam
jabatan-jabatan pemimpin dan kepala di dalam, di luar wilayah Irian Jaya dan
juga ditingkat nasuional sebagai perwujuan dari integrasi. Melalui tindakan
tersebut akan menumbuhkan kepercayaan, kesetiaan, dan kebanggaan nasional bagi
putra putri Irian Jaya terhadap negara dan bangsa Indonesia. Selain itu
diperlukan juga pendekatan sekuriti, yang dimaksudkan untuk menumpas
pemberontakan OPM di Irian Jaya melalui kegiatan operasi yang dilakukan oleh
militer ABRI dan pendekatan kesejahteraan.
Dalam rangka memantabkan integrasi politik di Irian
Jaya, pendekatan yang tepat adalah pendekatan cinta kasih dalam pergaulan atas
dasar persamaan dan persaudaraan untuk menumbuhkan partisipasi politik
masyarakat yang lebih nyata. Untuk itu, tema-tema komunikasi politik yang tepat
adalah ketertinggalan dan keterbelakangan bukan tema-tema kemiskinan,
penderitaan, dan tekanan dalam rangka pembangunan politik di Irian Jaya. Untuk
menghasilkan bahan sosialisasi politik yang lebih mantab lagi, perlu dilakukan
suatu penelitian sejarah perjuangan di Irian Jaya yang kemudian secara selektif
hasilnya dikristalisasikan dalam pelajaran sejarah perjuangan bangsa Indonesia
dan diajarkan secara nasional.[6]
Selain itu diperlukan suatu upaya yang sistematis dalam penanaman
wawasan kebangsaan yang optimal sehingga didapatkan nasionalisme yang optimal,
berisi ketangguhan bangsa khususnya generasi muda dalam upaya pembelaan negara
dari semua ancaman yang dapat mengancam kelangsungan hidup negara. Upaya yang
dilakukan adalah dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada dalam
mengatasi kelemahan serta kendalanya.[7] Tidak lupa, rasa nasionalisme harus dikembangkan sejak
usia dini pada generasi muda agar gerakan yang dapat menyebabkan disintegrasi
bangsa tidak tumbuh dan berkembang di tengah kehidupan bernegara.
KESIMPULAN
Nasionalisme
adalah suatu sikap politik dari masyarakat suatu bangsa yang mempunyai kesamaan
kebudayaan, dan wilayah serta kesamaan cita-cita dan tujuan, dengan demikian
masyarakat suatu bangsa tersebut merasakan adanya kesetiaan yang mendalam
terhadap bangsa itu sendiri. Paham nasionalisme, muncul karena adanya
campur tangan bangsa lain, adanya keinginan dan tekad bersama untuk melepaskan
diri dari belenggu kekuasaan absolut, adanya ikatan rasa senasib dan
seperjuangan. Gerakan separatis itu sendiri dapat berkembang di Papua
dikarenakan adanya ketidakpuasan
terhadap keadaan, kekecewaan, dan telah tumbuh suatu kesadaran
nasionalisme Papua Barat serta melunturnya nasionalisme Indonesia.
Untuk
menghilangkan OPM dan pengaruhnya di Irian Jaya terlebih dahulu harus
menghilangkan ideologi OPM. Selain itu diperlukan juga pendekatan sekuriti,
yang dimaksudkan untuk menumpas pemberontakan OPM di Irian Jaya melalui
kegiatan operasi yang dilakukan oleh militer ABRI dan pendekatan kesejahteraan.
Sedangkan dalam rangka memantabkan integrasi politik di Irian Jaya, pendekatan
yang tepat adalah pendekatan cinta kasih dalam pergaulan atas dasar persamaan dan
persaudaraan untuk menumbuhkan partisipasi politik masyarakat yang lebih nyata.
Selain itu diperlukan
suatu upaya yang sistematis dalam penanaman wawasan kebangsaan yang optimal
sehingga didapatkan nasionalisme yang optimal, berisi ketangguhan bangsa khususnya
generasi muda dalam upaya pembelaan negara dari semua ancaman yang dapat
mengancam kelangsungan hidup negara. Upaya yang dilakukan adalah dengan
memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada dalam mengatasi kelemahan serta
kendalanya.
SARAN
Pemerintah
harus berlaku adil pada setiap warga negara, baik itu dalam peningkatan
kesejahteraan maupun dalam pembangunan agar tidak ada rasa kecemburuan dan
kekecewaan dari suatu daerah yang menimbulkan gerakan separatis. Selain itu
pemerintah dan rakyat juga harus mengamalkan nilai-nilai pencasila dengan
benar, karena disitulah pedoman hidup bernegara ada.
[1] Hamengku Buwono X, Sultan. 2008.
Merajut Kembali Keindonesiaan Kita.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, hal 81-82.
[2]
http://isanumurti.wordpress.com//28/07/12/menunjukkan-semangat-kebangsaan/
[3] Mahfud, Moh. 2001. Ibu Pertiwi Menangis. Yogyakarta:
UPN”Veteran”Yogyakarta.
[4] John RG Djopari. 1993. Pemberontakan Organisasi Papua Merdeka. Jakarta
: Gramedia, hal 105-106.
[5] John RG Djopari. 1993. Pemberontakan Organisasi Papua Merdeka.
Jakarta : Gramedia, hal 107
[6] John RG Djopari. Pemberontakan Organisasi Papua Merdeka.
Jakarta : Gramedia, hal. 168-169
[7] Heryanto, ariel. 1996. Nasionalisme. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Offset.
0 Response to "MUNCULNYA KONFLIK SEPARATIS PERTANDA LUNTURNYA NASIONALISME INDONESIA"
Posting Komentar